Selasa, 25 Mei 2010

NO TIP TETAP AJA NGASIH TIP

Orang Indonesia kebanyakan nggak enakannya. Maksudnya, selalu punya rasa sungkan. Barangkali perasaan ini yang termasuk salah satu budaya kita. Nggak enak menegur orang tua, meski orangtua kita punya salah. Nggak enak sama polisi, sudah menstop kita, masa kita nggak ngasih duit. Nggak enak pula sama petugas parkir di mal, meski kita tidak punya kewajiban ngasih tip ke mereka.

Meski di tembok sudah jelas-jelas dilarang memberi tip, kita tetap punya rasa nggak enak pada petugas parkir, ya nggak? Kita tetap ngasih duit, ya minimal 500 perak. Syukur-syyukur bisa ngasih 1.000 atau 2.000 perak. Kita pasti punya rasa kasihan.



"Kasihan ah sudah membantu kita parkirin mobil. Ngasih duit seribu nggak bikin kita miskin kan?"

Memang sih nggak miskin, tetapi kebiasaan melanggar dari rasa tidak enak itulah yang melahirkan mental-mental pelanggar. Orang Indonesia jadi terbiasa melanggar. Betul nggak sih?

"Ah, cuma begitu doang, kok. Nggak menyusahkan orang kan?"

"Ya, itung-itung bagi-bagi rezeki lah."

Begitulah alasan kita ketika melakukan "pelanggaran" kecil-kecilan dengan memberikan tip, termasuk saya kadang-kadang melakukan hal yang sama. Kondisi kayak begini, rasanya cuma ada di Indonesia.


photo copyright by Brillianto K. Jaya