Entah benar atau cuma stereotype kalo karakter orang Indonesia adalah "gak tahu aturan". Bukan cuma rakyatnya yang nggak tahu aturan, pamong praja atau pemerintah daerahnya pun juga sama, nggak tahu aturan.
Trotoar yang seharusnya berfungsi sebagai pejalan kaki, eh dipergunakan bukan semestinya, yakni dijadikan lokasi dagang. Awalnya pasti dimulai dari satu dua pedagang, lama-lama berkat kongkalikong pihak kelurahan atau kecamatan, pedagang mulai bertambah. Akhirnya selurut trotoar pun terisi oleh para pedagang.
Sebagai warga yang suka jalan kaki, saya seringkali kesal dengan pemandangan ini. Trotoar yang dikhususnya buat kita-kita yang berjalan kaki, eh jadi gak ada lagi. Yang tersingkir justru para pejalan kaki, dimana harus berjalan di jalan raya yang sebenarnya cukup berbahaya. Siapa yang bertanggungjawab kalo kita terserempet kendaraan bermotor?
Terus terang bukan saya tidak suka dengan Pedagang sektor informal. Tapi kalo para pedagang ini mengambil hak pejalan kaki, itu yang saya nggak suka. Saya setuju kalo ada kebijakan yang mengusir mereka agar trotoar difungsikan kembali untuk para pejalan kaki.
Pemandangan sebagaimana foto yang saudara-saudara plototin ini pasti banyak terjadi di Indonesia ini. Inilah mengapa saya sebut, orang Indonesia sebagai orang yang "nggak tahu aturan". Buat mereka, yang penting bisa menghasilkan duit, untung gede, soal urusan menyusahkan orang lain, terserah apa kata loe aja.
Aparat pemerintah juga begitu. Mereka juga sama-sama gebleg. Membiarkan para pedagang berjualan di trotoar sedikit demi sedikit, ditarikin retribusi harian, bertahun-tahun dibiarkan, begitu terpilih Gubernur yang punya kebijakan menggusur, eh para pedagang dibiarkan cari tempat dagang sendiri. Mereka marah. Wajar sih marah, wong mereka punya hak berdagang, karena sudah bayar retribusi.
Carut marut ini nggak akan pernah selesai selama Pemerintah nggak konsisten dengan aturan. Selama Gubernur atau Menteri atau Presiden menganggap hal kecil ini tetap kecil, selama itu pula kondisi ini tetap bertahan. Kita jadi membenarkan sesuatu hal yang sebenarnya salah.
"Maklumlah, kita kan sama-sama cari makan..."
Apa Sih Beda Kebab Turki dengan Kebab Yordania?
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar