Jumat, 05 Februari 2010

PENGEMIS METROPOLITAN

Meski sudah ada undang-undang yang melarang pemberian sumbangan kepada para pengemis di jalan raya, eksistensi pengemis tetap saja ada. Inilah realita yang terjadi di Indonesia. Mengemis bukan sekadar soal kemiskinan lagi, tetapi soal atittude si pengemis maupun si pemberi.



Pengemis merasa, mendapatkan uang yang paling mudah, ya dengan cara meminta-minta. Padahal masalah yang mereka hadapi bukan soal nggak mampu buat mencari uang, sehingga menyebabkan mereka miskin. Tetapi lebih karena mereka ingin instan mendapatkan uang. Setelah mendapatkan pengalaman dengan mengemis, mendapatkan uang secara instan, mereka jadi malas lagi bekerja. Yang terjadi pengemis ada di mana-mana di kota metropolitan ini.



Padahal saya banyak menjumpai orang-orang miskin yang bekerja keras buat mendapatkan uang tanpa harus mengemis. Para pekerja ini nggak membutuhkan modal, tetapi sekadar niat bekerja. Sementara di jalan-jalan raya, mereka yang sesungguhnya masih mampu buat bekerja, dengan enak cukup duduk-duduk di pingir jalan atau mengandalkan cacat tubuhnya buat meminta uang dari mobil ke mobil lain.

Selain dari kemalasan dan ingin mendapatkan uang secara instan, faktor lain yang menjadikan pengemis sulit diberantas, karena ada mafianya. Pengemis sudah menjadi industri yang menarik buat segelintir oknum orang yang memanfaatkan orang-orang miskin yang malas buat mengemis di kota metropolitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar